Ketika berbicara tentang penciptaan alam semesta, sains dan agama sering kali menawarkan sudut pandang yang berbeda namun sama-sama menakjubkan. Dalam tradisi Islam, salah satu narasi yang sering dikaji, terutama dalam kitab-kitab klasik, adalah tentang Arsy dan makhluk-makhluk penyangganya. Tema ini memang jarang dibahas secara populer, tetapi memiliki keunikan tersendiri yang layak direnungkan, terutama bagi kita yang ingin memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.
Dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabbudin al-Qalyubi, terdapat penjelasan menarik tentang Arsy yang dikutip dari para ulama klasik seperti Wahab bin Munabbih, seorang tabi’in yang dikenal sebagai ahli sejarah, dan an-Nasafi, seorang ulama besar madzhab Hanafi. Penjelasan ini mengungkapkan hal-hal yang, jujur saja, bagi sebagian orang mungkin terdengar sulit dipercaya. Tapi di balik itu semua, ada pesan mendalam tentang keagungan Allah dan pentingnya rendah hati.
Apa Itu Arsy?
Arsy digambarkan sebagai kubah agung yang menaungi seluruh jagat raya. Bisa dibilang, Arsy adalah “puncak” ciptaan dalam hierarki kosmik, tempat semua catatan alam semesta tersimpan. Kalau kita ibaratkan dalam istilah modern, Arsy ini mirip dengan “database” besar yang mencatat segala sesuatu, mulai dari awal penciptaan hingga takdir setiap makhluk. Namun, hanya Allah yang sepenuhnya mengetahui keagungan dan fungsi detail dari Arsy ini.
Menurut riwayat, Arsy diciptakan oleh Allah 2000 tahun sebelum Kursi. Perbedaannya? Kursi adalah makhluk yang lebih kecil dari Arsy, tetapi tetap menjadi bagian dari struktur alam semesta yang tak terbayangkan oleh akal manusia.
Arsy ditopang oleh 360 pilar besar yang masing-masingnya memiliki jarak antar-pilar sejauh perjalanan 500 tahun. Tak hanya itu, setiap pilar diapit oleh ribuan kota, istana, dan malaikat. Para malaikat ini, dengan pakaian dari cahaya yang berganti setiap hari, menggambarkan betapa kompleks dan luar biasanya ciptaan Allah.
Malaikat Penyangga Arsy
Nah, ini bagian yang paling menarik. Dalam narasi klasik, disebutkan bahwa Arsy dipikul oleh empat malaikat dengan wujud yang sangat unik:
1. Malaikat pertama menyerupai manusia.

2. Malaikat kedua berbentuk seperti sapi jantan.
3. Malaikat ketiga menyerupai burung elang.
4. Malaikat keempat berbentuk seperti harimau.
Wujud-wujud ini bukan tanpa makna. Sebagian ulama menafsirkan bahwa bentuk malaikat ini melambangkan kekuatan, kecerdasan, dan kesempurnaan ciptaan Allah. Menariknya, setelah Kiamat, jumlah malaikat yang memikul Arsy akan bertambah menjadi delapan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
وَّالْمَلَكُ عَلٰٓى اَرْجَاۤىِٕهَاۗ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ ثَمٰنِيَةٌۗ
Para malaikat berada di berbagai penjurunya (langit). Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ʻArasy (singgasana) Tuhanmu di atas mereka (Al-Haqqah : 17)
Dalam Tafsir Tahlili menerangkan bahwa Pada hari Kiamat, para malaikat berada di segenap penjuru langit. Delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Allah di atas kepalanya. Persoalan malaikat dan ‘Arsy ini adalah persoalan yang gaib, tidak seorang pun yang mengetahuinya. Tidak dijelaskan bentuk ‘Arsy yang dipikul para malaikat itu, dan ke mana mereka membawanya. Oleh karena itu, kita menerima semuanya itu berdasarkan iman kita kepada Allah
Arsy dan Ular Raksasa
Namun, cerita tentang Arsy tidak berhenti di sana. Dalam salah satu riwayat, diceritakan bahwa Arsy sempat merasa sombong karena menganggap dirinya sebagai makhluk paling agung yang pernah diciptakan. Sebagai peringatan, Allah menciptakan seekor ular raksasa yang melilit Arsy. Ular ini digambarkan memiliki karakteristik luar biasa:
- 70.000 sayap.
- Setiap sayap memiliki 70.000 bulu.
- Setiap bulu memiliki 70.000 wajah.
- Setiap wajah memiliki 70.000 mulut,
- dan setiap mulut memiliki 70.000 lidah
yang bertasbih dengan jumlah yang setara dengan semua tetesan hujan, butiran pasir, dan makhluk di alam semesta. Ular ini melingkari Arsy, mengingatkannya bahwa seagung apa pun makhluk, ia tetaplah ciptaan Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya.
Percaya atau Tidak?
Sebagian dari kita mungkin akan merasa kisah ini sulit dicerna akal. Wajar, karena tidak semua hal bisa kita pahami dengan logika manusia yang terbatas. Namun, sebagaimana dalam banyak tradisi Islam, cerita-cerita seperti ini mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, mengingat kebesaran-Nya, dan memahami bahwa ada banyak misteri alam semesta yang hanya Dia yang mengetahui.
Pada akhirnya, percaya atau tidak, semua kembali pada masing-masing individu. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengambil hikmah dari kisah-kisah ini dan menjadikannya sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri.
Wallahu a’lam bish-shawab.

![]()