Ketika shalat kita tidaklah hanya dituntut untuk sekadar menunaikan syarat dan rukunnya secara Formal. Melalui shalat kita juga dituntut untuk memenuhi Ketenatuan dan persyaratan yang ada dalam shalat, aturan-aturan formal, dan kesempurnaan shalat sedapat mungkin. Memang tidak ada batasan sejauh mana seseorang dalam melakukan ibadah shalatnya berikut esensinya mengingat perbedaan kemampuan masing-masing orang. Tetapi masing-masing kita diwajibkan untuk mengejar esensi shalat Mengomentari perkataan Amirul Mukminin Umar Bin Khattab RA “Siapa yang menjaga kewajiban dan menjaga kesempurnaan shalat ? ” Ibnul ‘Arabi mengatakan, “melihat oleh aku akan Ribuan orang bahkan tak terhitung menjaga kewajiban shalat, tetapi orang yang menjaga kewajiban shalat dengan khusyuk dan kehadiran penuh hanya terhitung dengan hitungan lima jari.”

Yang harus dipahami terlebih dahulu adalah bahwa shalat adalah kesempatan bagi Ummat Islam untuk membersihkan diri seluas-luasnya dan membuka pintu ghaib sehingga shalat benar-benar efektif untuk menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan munkar.

Syekh Al-Ustadz Tajuddin Abu Fadl Ahmad bin Muhammad ibn ‘Abdul Karim Bin Atha’illah Al-Iskandari Al-Syadzili Berkata :

قلت طهارة القلوب من الذنوب إذ أنها تنهى عن الفحشاء والمنكر وتكفر السيئات وتفتح أرباب الغيوب بما فيه من التجليات التي أشار إليها (الصلاة محل المناجاة ومعدن مصافات) قلت لأنها محل لقرب العبد من ربه والوقوف بين يدي مولاه بلا واسطة سوى ذكره والقيام بوظائف العبودية على المواجهة والمعاينة

Artinya, “(Shalat itu) kesucian hati dari Dzunub karena shalat itu menegah perbuatan keji dan munkar, menghapus dosa, dan membuka pintu-pintu ghaib dengan penampakan kuasa-Nya seperti ditunjukkan oleh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam, ‘Shalat tempat munajat dan tambang kebersihan.

Shalat adalah ‘tempat’ terdekat seorang hamba dan Penciptanya; ‘tempat’ menghadap di hadapan-Nya tanpa batasan selain menyebut-Nyan dan pelaksanaan tugas-tugas kehambaan dalam menghadap dan melihatnya,” (Syarah Al-Hikam Ibnu ‘Athaillah Al-Sakandari, Syirkah Al-Qaumiyah, 2010 M/1431 H, halaman 110).

Secara harfiah kalau kita terjemahkan kata الصلاة itu idealnya karena adalah huruf “Alif dan Lam” Jadi artinya kesempurnaan shalat itu ada Natijahnya, ada buahnya. Apa buahnya ?… طهارة القلوب Artinya Mensucikan Qalbu.

Jika air mensucikan hadas dibadan, maka hadas yang sudah masuk kedalam Qalbu virus-virus dosa, dengki, iri, sombong, itu yang bisa membersihkan adalah As-Sholah. من ادناس الذنوب Artinya dari pada kotoran-kotoran Dzunub. Dzunub ini unik istilahnya Dzambun, kalau orang Arab menyebutnya dengan istilah Dzanab artinya sesuatu yang sifatnya dibelakang atau diekor.

Maka Disebut itu dosa karena kalau habis dikerjakan urusannya ada sesuatu yang nambah ke belakang. maka disebut dengan istilah: ادناس الذنوب واستفتاح للباب الغيوب ini yang paling penting “استفتاح” (Istiftah) artinya cara membuka kunci.للباب الغيوب (lil Babil Ghuyob) Artinya Pintu Keghaiban (Rahasia)

menurut Syekh Mansyur Tidak ada tawar-menawar masalah dalam shalat itu.

Jadi memang harus didirikan syariatnya walaupun seandainya kita baru tahapan belajar maka harus dikerjakan kecuali Kamu udah bisa cara sholat yang lain.

intinya sholat berdasarkan Al-Qur’an Surah Toha اقيم الصلاة لذكري Artinya: dirikan sholat untuk Dzikri.

Dzikri artinya bukan menyebut tetapi mengingat tapi kalau belum sanggup mengingat cukup menyebut.

Lalu bagaimana caranya kita Agar Sempurna Dzahir Dan Bathin Shalatnya?… Dengan cara kalau kita salat. Yang harus dilatih BUKAN cara membacanya BUKAN gerakannya harus begini begitu.

pekerjaan seperti itu juga bisa dilakukan oleh pelajar TK tidak ada Natijahnya atau hasilnya.

Jawabannya : Yang dilatihkan dzikirnya. Lalu muncul argumen Bagaimana cara Berzikir ?… kalau tidak kenal Siapa yang di Dzikirkan. Contoh : Saya mau mengingat sesuatu yang saya tidak kenal ?… Bisa tidak, Tentu Tidak. jawabannya Mustahil pasti tidak mungkin dan itu ternyata sudah menjadi Ketentuan dari pada akal. Akal itu tidak sanggup memikirkan sesuatu yang tidak pernah dilihat, tidak pernah dia pikirkan, dan tidak pernah dia ketahui. Ini sudah konsep dibelakang Brain otak kita tidak bisa memikirkan sesuatu atau membayar sesuatu yang dianggap tidak pernah ketemu.

pertanyaannya : Otak kita pernah bertemu Allah tidak ?… Tentu Tidak Lalu yang pernah ketemu dengan Allah SWT Siapa ?… Qolbu pun juga tidak pernah. Jasad pun juga tidak pernah. Jawabannya : adalah yang pernah bertemu Allah “الروح” (Ar-Ruh). Sebelum kita dilahirkan didunia jadi kalau Bertasawuf maupun Berthoriqoh kita baru dzikirnya di qalbu tidak ketemu Allah itu namanya baru bisa menyebut menyebut Allah. Perlu diketahui belum bisa jadi Si Qalbu. Qolbu inikan servernya akal. akal itu berpikir Ideal bagus atau tidaknya dengan Qalbu. Qalbu berfikir dengan Apa ?…. Jawabannya Qalbu itu kalau berfikir dengan Ruh.

Jadi kalau orang awam dia mau berfikir. Mereka menggunakan apa ?… Datanya orang awam itu data empirik Apa yang dia lihat, itu yang dijadikan bahan pikiran. Apabila hal demikian terjadi, Maka mereka sama dengan binatang sesuai apa yang dijelaskan Al-Qur’an Al-A’raf, ayat 179 :اولئك كالعنعام tapi kalau dia seorang mukmin Dia servernya tidak diakal, dia servernya di Qalbu.

maka Al-Quran menerangkan didalam surah Al-Hajj :لهم قلوب يعقلون بها Mereka orang mukmin kalau berpikir itu tidak pakai empiris tapi pakai hati/Qalbu. Qalbu itu artinya sesuatu yang bergerak elastis berarti kalau qalbu sudah tidak elastis disebut قسوة (Qoswah) artinya kesat

Kapan hati kita kesat saat kalau sibuk dengan empiris? karena kalau orang bersibuk sama empiris apa yang terjadi di muncul namanya غفلة (Ghaflah) Artinya lalai. jika orang sholatnya dengan cara ini lalai adalah tipe latihan sholat ditengah gunung ditengah hutan keadaan tengah malam gelap gulita. Apakah bisa menambah ke Khusyu’an ?… Coba aja.

Kalau qolbu ini sudah lalai lambat laun menjadi keras namanya Qoswah udah jadi keras jadi qalbu itu arti lainnya adalah sesuatu elastis, santai dan rileks. Si Qalbu tuh sifatnya dia, kalau orang sudah keluar dari Fitrah qolbunya karena Si Lalai.

Ini terjadi karena dia lupa mengingat Allah sehingga masuk kemudian cinta dunia. Jujur kita masih senang sama Uang semangat banget dengan dunia. Tapi jangan cinta hal seperti itu tipis-tipis saja. Bohong kalau kita tidak senang sama uang. Kamu kalau kerja pengen dapat gaji tidak, Kalau Tidak mau menerima gaji sudahlah ikhlas aja katakan Terima kasih.

Kesimpulannya shalat itu adalah kunci alam ghaib, agar berkenan dibukakan oleh Allah SWT.

Untuk melakukan Riyadhoh atau latihan kalau dalam pelaksanaanya tetap belum terkoneksi batinnya atau tidak terkoneksi maka lakukanlah mandi taubat. Terus diulang kembali, Setelah Mandi taubat Shalat, tetap tidak terkoneksi ulangi lagi, Sampai allah membukakan Kunci Alam Ghaib itu dengan Rahmat Sifat Rahman dan Rahimnya Allah. Ingatlah lakukanlah Dengan aturan dan adab-adab yang diajarkan Salafus Shalih.

Sanad Keilmuan Al-Faqir Dalam Kitab Al-Ibnu Athaillah Al-Sakandari : Ahmad Zaki Anshari Dari Al-Ustadz Syekh KH. Nuruddin Nurani Al-Banjari Lc. Dari Syekh Ahmad Jamhuri Al-Banjari Al-Makki Beliau Merupakan Ulama Indonesia Yang Tinggal Dimakkah Selama 50 Tahun Hingga Berpulang Kehadirat Allah SWT. Beliau Dilahirkan Pada Tahun 1940 Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan Beliau Sempat Mengenyam Pendidikan Di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Di Antara Sekian Banyak Guru-Guru Yang Terkenal Yang Sempat Beliau Belajar Dengannya Di Masjidil Haram Diantaranya (1) Syeikh Hassan Masysyath (2) Syeikh Muhammad Al-‘Arabiy (3) Syeikh Sayyid ‘Alawi Al-Maliki (4) Syeikh Sayyid Amin Kutbi (5) Sayyid Ismail Zen Al-Yamani Dari Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani Dari Syekh Muhammad Ali Al-Maliki Dari Sayyid Bakri Syatha Dari Sayyid Ahmad Bin Zaini Dahlan Dari Syekh Utsman Bin Hasan Ad-Dimyathi Dari Syekh Abdullah As-Syarqawi Dari Syekh Ahmad Bin Abdul Fattah Al-Malawi Dari Syekh Ahmad Bin Muhammad An-Nakhli Dari Syekh Abdullah Bin Sa’id Baqusyair Al-Makki Dari Sayyid Umar Bin Abdurrahim Al-Bashri Dari As-Syams Muhammad Bin Ahmad Ar-Ramli Dari Al-Qadli Zakariya Bin Muhammad Al-Anshari Dari Syekh Abdurrahim Bin Muhammad Bin Al-Furrat Dari Qadhi Qudlat Tajuddin Abdul Wahab Bin Qadhi Taqiyuddin Ali Bin Abdul Kafi As-Subuki Dari Ayahnya, Qadhi Taqiyuddin Ali Bin Abdul Kafi As-Subuki Dari Muallif Al-Hikam Al-Imam Al-Arif Billah Tajuddin Ahmad Bin Abdul Karim Bin ‘Athaillah As-Syadzili Al-Iskandari.

Ahmad Zaki Anshari Bin Ahmad Dzakwani (CSSMoRA UIN Walisongo 2023)

Loading

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *