oleh: Luluk Agustin (Peserta Lomba Cerpen Dies Natalis CSSMoRA UIN Walisongo)
Kamera ponsel terus merekam tangan kanan pemuda yang menggenggam sesuatu, pemuda itu berjalan mendekati tukang eskrim yang ada di seberang jalan.
“Pak, tos dulu!” Faisal—si pemuda—mengajak bapak penjual es krim fist bumb, penjual es krim tersenyum dan menuruti kemauan Faisal. Faisal membalik tangannya, membuka genggaman tangan dan menampakkan lembaran uang seratus ribu “Rejeki buat Bapak,” lagi, bapak penjual eskrim tersenyum, malu-malu dia menerima lembaran uang itu. sorot kamera dari ponsel di tangan kiri Faisal terus merekap raut wajah bahagia dari sang Bapak. Ia tak sadar, seseorang memerhatikan interaksi mereka.
“Makasih ya, Mas!” Bapak penjual es krim tersenyum dengan tulus, matanya sedikit berkaca-kaca, baginya uang sebesar itu sangat berharga.
“Sama-sama Pak!” Faisal mematikan rekaman di ponselnya, memasukkannya dalam kantong celana.
“Mas, lain kali kalau mau ngasih orang itu yang ikhlas.” Greysha—orang yang memerhatikan interaksi Faisal dengan Bapak penjual es krim—terang-terangan menegur Faisal.
“Memangnya tampang saya ini gak ikhlas Mbak?” Tanya Faisal sedikit kesal
“Kalau ikhlas kan gak perlu divideo gitu, pasti mau buat konten. Cih!” Greysha menampilkan raut wajah seperti mengejek Faisal
“Lagian wajah saya gak kelihatan kok, orang gak akan tahu saya siapa di video itu!” Dengan mantap Faisal menjawab, mengira bahwa argumennya akan membungkam perempuan berambut abu-abu di depannya.
“Wajah Masnya emang gak kelihatan, tapi wajah Bapaknya kelihatan. Emangnya Mas udah minta izin untuk merekam? Memangnya mas gak memikirkan gimana perasaan Bapaknya, beliau risih, gak nyaman, malu, dan semacamnya? Mas pernah mikir sampai situ gak?” Masih dengan wajah judesnya, Greysha menampar Faisal dengankata-kata.
“Gak papa kok Mbak, saya gak papa!” Bapak penjual eskrim yang sebelumya hanya mendengarkan perdebatan dua muda-mudi di depannya ikut bersuara.
“Tuh, Bapaknya aja gak papa!” Faisal yang mendapat pembelaan merasa bahwa yang dia lakukan sudah benar.
“Tapi Pak, Bapak punya hak untuk menolak kalau Bapak memang benar-benar tidak merasa nyaman.” Greysha berbicara lembut dengan Bapak penjual eskrim. Faisal sudah membuka mulutnya, siap berbicara menanggapi argument Greysha, “Pak, saya beli es krimnya tujuh ya, kasian adik-adik saya udah nungguin.” Lanjut Greysha sembari melirik enam bocah di seberang jalan.
Dengan cekatan bapak penjual es krim itu menyajikan es krim pesanan Greysha, dia memanggil dua anak laki-laki untuk membawa beberapa es krim yang lain. Mengeluarkan uang dengan nominal besar dan mengatakan kembaliannya untuk bapak itu. Semua itu tidak luput dari perhatian Faisal, dalam hati dia juga mencibir. Sama saja, nominal yang aku beri masih lebih besar.
Setelah perembuan berambut abu-abu itu pergi, Faisal meminta maaf karena kelancangannya. Diam-diam dia juga memikirkan dan membenarkan apa yang gadis abu-abu itu katakan.
Faisal Jalvey, vlogger yang lebih sering menerima pujian karena konten-kontennya yang bermanfaat di akun utamanya. Di akun fake yang ia gunakan untuk mengunggah konten-konten berbagi juga selalu mendapat pujian. Dia nyaris tak pernah mendapat kritikan dan selalu mengabaikan kritikan yang meurutnya tak mendidik. Namun kali ini, ada perempuan yang berani mengkritiknya secara langsung dan suara gadis abu-abu itu masih terngiyang di telinganya.
Masih sedikit kesal, Faisal melempar kacamatanya ke dasbor mobil, memijat alisnya perlahan. Suara gadis itu membuatnya pusing. Ia merasa taka da yang slah dengan apa yang dia lakukan, dia menganggap bahwa gadis itu hanya iri.
Di antara kemacetan yang semakin membuatnya pusing, Faisal tak sengaja melihat ke kursi penumpang. Ada nasi kotak titipan mamanya yang harus dia bagikan. Ia menghela napas berat, masih sedikit ketar-ketir bertemu dengan orang yang seperti gadis itu. ia memutar otak, berusaha menentukan lokasi yang cocok tapi tak terlalau ramai.
Ting!
Di layar ponselnya tertera nama “Mama”
Mama <3|
Sal, jangan lupa nasi kotaknya dibagiin!
|Anda
Iya, Mama cantik <3
Faisal melemparkan ponselnya bergabung dengan kacamata hitam miliknya. Kemudian keluar dari jalur utama dan berbalik menuju danau dekat sekolahnya dulu. Dia berencana membagikan nasi kotak buatan mamanya ke pedagang yang ada di sana.
Sampai di danau, dia buru-buru mengambil dua kantong palstik besar yang berisi nasi kotak. Menyusuri jalanan menuju taman sekitar danau, sesekali berhenti membagikan nasi itu ke pedagang yang ia lewati. Tanpa ada kamera atau ponsel yang merekam, bahkan Faisal tidak sadar itu hingga di dekat pintu masuk sebelah utara dia bertemu penjual balom.
“Makasih ya Mas nasinya, ini gak difoto atau divideo gitu Mas?” Penjual balon yang sudah lanjut usia itu bertanya, Faisal terperangah. Itukah dampak dari yang selama ini ia lakukan?
“Eh! Gak kok Bu,” Faisal tersenyum kikuk, ia baru sadar jika ponselnya tertinggal di mobil.
“Alhamdulillah kalau gitu. Soalnya saya ini kadang risih Mas kalau di soting gitu, malu sebenarnya. Tapi karena lebih mementingkan perut, ya kesampingkan dulu rasa malunya. Hebat lho Masnya ini, masih muda tapi kalau ngasih orang gak di soting. Sekali lagi makasih ya Mas!” Ibu itu bercerita dengan wajah penuh kelegaan, ia tak perlu mengesampingkan rasa malu untuk mengisi perut.
Sedangkan Faisal, dia merasa tertampar dua kali. Tak ingin pembahasan itu semakin larut, dia pamit undur diri. Buru-buru ingin segera mandi air dingin untuk menyegarkan otaknya.
Melewati jalanan yang lenggang, Faisal sesekali memijat alis dan pengkal hidungnya. Hari ini benar-benar membuatnya pusing. Ia terkejut saat tiba-tiba di depannya ada kucing pincang yang menyebrang. Di jalanan satu arah itu Faisal membanting kemudinya ke kiri, tapi karena jalanan licin mobilnya jadi berputar dan terbalik. Ia masih sadar, tapi tak bisa bergerak karena sabuk pengamannya susah dilepas.
Di sisi lain, Greysha yang baru keluar dari toko makanan hewan melihat kecelakaan itu. Ia mengeram kesal, banyak orang yang berkerumun menyaksikan dan merekam dengan ponsel tanpa mau membantu korban. Setelah memasukkan makanan kucing, dia pergi ke kerumunan itu.
“Mbak, Mas, Pak, Bu! Kalau gak mau nolongin jangan di rekam, gak sopan. Bisa melanggar undang-undang etika lho. Tolong dimatikan kameranya, daripada buat ngerekam mending telpon polisi atau ambulan” setelah mengatakan itu, Greysha langsung berlari menuju mobil yang terbalik. Ia sedikit heran, taka da yang mau membantunya.
Ada suara ketukan kaca dari dalam, berarti korban masih sadar.
“Seat beltnya gak bisa dibuka,” Faisal memberi tahu Greysha, dia menunjuk laci dasbhor. Greysha yang maham, menemukan guntung di mobil. Memotong seat belt itu. mengeluarkan Faisal dari mobil yang terbalik.
Orang-orang yang berada di pinggir jalan tadi mendekat, siap dengan kamera ponsel masing-masing.
“Nunduk dulu!” Pinta Greysha, Faisal yang kebingunan di paksa menunduk oleh Greysha. Kepalanya tertutupi jaket putih yang sebelumnya Greysha kenakan.
“Ini Mas Faisal, vloger yang terkenal itu kan? Kok bisa kecelakaan sih Mas?” Tanya seorang perempuan yang terus saja merekam kejadian hari itu.
“Mbak! Masih gak paham ya yang saya bilang tadi. Ini kprban masih syok lho, jangan ditanya yang aneh-aneh dulu. Daripada ganggu mending pergi sana!” Greysha sudah sangat kesal, mulutnya memang pedas dan kasar kalau berbicara, berbanding terbalik dengan wajah dan penampilannya yang terkesan imut.
Orang-orang yang menonton segera bubar. Tak mau kena semprot untuk ketiga kalinya. Greysha menuntun Faisal duduk di salah satu kursi pinggir jalan, meninggalkannya sebentar untuk mengambil minum. Saat kembali, ia melihat Faisal celingukan seperti mencari sesuatu.
“Nyari apa Mas, ponselnya Mas ada di saya. Ini minum dulu biar tenang. Saya udah telpon polisi dan mereka menuju kemari.”
“Makasih ya, btw untuk yang tadi pagi, maaf.”
“Aman aja, saya juga minta maaf, nih mulut gak bisa direm soalnya,”
Mereka mengobrol santai, Greysha membanu Faisal membersihkan luka-lukanya dengan tisu. Kucing yang Faisal hindari tiba-tiba lewat di depan mereka seakan tak berdosa, menggoyang-goyangkan ekor panjangnya meskipun jalannya sedikit pincang. Greysha mengeluarkan botol dari tas kecil yang terselempang di tubuhnya. Memberi makan kucing itu dengan pellet kucing di dalam botol.
Faisal yang menyaksikan itu semakin merasa kecil di hadapan gadis yang sempat ia maki-maki dalam hati. Perkataan gadis itu tentang kamera benar adanya. Faisal mengalami sendiri tadi, bagaimana orang tidak benar-benar perduli ingin menolong dan hanya numpang eksis.
Tak lama, polisi dating, meminta Greysha untuk mengantarkan Faisal ke rumah sakit dan membawanya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Share this post