Sepenggal kata selalu ingin bertanya-tanya tentang persandingannya yang entah sejak kapan dipercayai manusia kepada benda dan realita tata bahasa. Bahwa sepasang bahasa asal mulanya terlanjur didatangkan dari kepala seseorang yang tak pernah dikenalnya.
Kalau saja daun-daun yang gugur itu tak pernah bernama, akankah tetap ia diingat dan digugat oleh angin dan pepohonan di hutan itu ?
Kalau saja bunga-bunga mekar itu mungkin bernama dengan berbeda dari yang dikenal warna-warni sunyi, bisakah ia dilengkapi kesederhanaan kata agar kekal indahnya ?
Bisa saja mati dan mata bagai melai yang melata mencari cara arti dan arta dengan bersebati tanpa bata ?
by: Andi Evan Nisastra
Share this post