CSSMoRA UIN Walisongo, Sukabumi – Rukyatul hilal yang dilakukan pada tanggal 4 September 2024, bertepatan dengan 30 Safar 1446 H, menjadi salah satu momentum penting dalam proses penentuan awal bulan Rabiul Awal 1446 H. Kementerian Agama (Kemenag) memilih Pos Observasi Bulan (POB) Sukabumi, Jawa Barat, sebagai salah satu lokasi utama untuk melakukan pengamatan hilal. Namun, proses ini tidak berjalan mulus karena beberapa kendala yang dihadapi tim di lapangan.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah kondisi cuaca yang kurang mendukung. Langit di atas Sukabumi tertutup awan tebal, sehingga hilal tidak dapat terlihat secara langsung. Kendala cuaca seperti ini sering kali menjadi tantangan dalam kegiatan rukyatul hilal, terutama karena pengamatan hilal dengan mata telanjang memerlukan langit yang cerah. Meskipun demikian, tim Kemenag tetap menjalankan tugasnya dengan teliti, memanfaatkan teknologi yang ada dan terus berupaya mengatasi kendala yang muncul.
Selain itu, gangguan teknis juga muncul di POB Bintang akibat pemadaman listrik. Pemadaman ini terjadi karena tiang listrik di area tersebut roboh diterpa angin kencang, mengakibatkan stasiun observasi tidak dapat beroperasi dengan normal. Tanpa aliran listrik, penggunaan alat-alat optik dan elektronik yang diperlukan untuk mengamati hilal menjadi tidak mungkin.
Menghadapi situasi tersebut, Kemenag memutuskan untuk menggunakan mobil Triton yang telah dirancang khusus untuk kegiatan rukyatul hilal. Kendaraan ini dilengkapi dengan berbagai peralatan modern, termasuk
teleskop portabel dan perangkat pendukung lainnya, yang memungkinkan pengamatan hilal tetap dapat dilakukan meskipun fasilitas utama di POB terganggu. Mobil Triton ini dirancang untuk dapat dioperasikan secara mandiri tanpa memerlukan sumber daya eksternal seperti listrik dari POB, sehingga sangat berguna dalam situasi darurat.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Bapak Ismail Fahmi, S.Ag., Kepala Subdirektorat Hisab Rukyat dan Syariah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Dalam keterangannya, beliau menyampaikan,
“Walaupun POB mengalami pemadaman listrik, tim tetap bisa melaksanakan rukyatul hilal dengan baik berkat penggunaan mobil Triton yang dirancang khusus untuk keperluan ini. Sangat jarang mobil ini digunakan kecuali dalam keaadaan darurat, dan terbukti sangat membantu dalam situasi seperti ini.”
Keputusan untuk memanfaatkan mobil Triton dalam kondisi darurat ini menunjukkan kesiapan Kemenag dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan. Kendaraan ini tidak hanya memberikan solusi praktis ketika infrastruktur terganggu, tetapi juga memungkinkan tim pengamat tetap dapat melaksanakan tugasnya tanpa kendala besar. Penggunaan teknologi ini memperkuat komitmen Kemenag untuk memastikan proses penentuan awal bulan Hijriah berjalan sesuai dengan kaidah ilmiah, meskipun terdapat tantangan alam dan teknis.
Selain didampingi oleh para ahli dan tim hisab rukyat Kemenag, kegiatan rukyatul hilal ini juga dibersamai oleh dua mahasiswa magang dari UIN Walisongo, jurusan Ilmu Falak. Kehadiran mahasiswa ini menjadi bagian dari upaya pendidikan dan pelatihan generasi muda dalam bidang ilmu falak. Mereka membantu dalam beberapa aspek teknis pengamatan dan pencatatan data di lapangan, serta memperoleh pengalaman langsung dalam proses rukyatul hilal.
Meskipun cuaca di Sukabumi tidak ideal, tim tetap berupaya maksimal dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada. Mereka juga terus memantau hasil dari berbagai lokasi observasi lain di Indonesia yang mungkin memiliki kondisi cuaca lebih baik. Kombinasi antara penggunaan teknologi, keahlian ilmiah, serta kesiapan tim di lapangan memastikan bahwa penentuan awal bulan Hijriah tetap berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan yang ketat.
Ahmad Farhan Makmur
Komentar