Etika Bersosmed ala Islam: Tidak Cuma Asik, Tapi Juga Beradab

Di era digital seperti sekarang, media sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Namun, bagaimana Islam memandang penggunaan media sosial? Ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan agar tetap menjaga etika dan akhlak sebagai muslim.

1. Kebebasan Berpendapat dalam Islam

Islam mengajarkan kita untuk menyampaikan pendapat dengan santun dan penuh hikmah. Kebebasan berbicara bukan berarti bebas menyebar ujaran kebencian atau fitnah. Di media sosial, kita harus bijak memilih kata agar tidak menyinggung atau menyakiti orang lain. Dalam Surah An-Nahl: 125 telah disampaikan :

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

       Artinya : “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl: 125)

2. Larangan Menyebar Hoax dan Fitnah Digital

Menyebarkan berita palsu (hoax) atau fitnah bertentangan dengan prinsip Islam yang mengedepankan kejujuran dan keadilan. Kita harus selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya agar tidak merugikan orang lain. Allah swt. yang berkaitan dengan berita bohong atau hoax yang telah disampaikan dalam Surah al-Hujurat yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

        Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.

3. Tanggung Jawab Akhlak Muslim di Dunia Maya

Seorang Muslim tidak hanya bertanggung jawab atas perilakunya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Ruang digital adalah bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan, sehingga akhlak tetap harus dijaga.

Dalam Islam, setiap kata yang diketik dan dibagikan akan dipertanggungjawabkan, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, akhlak bukan hanya soal adab di dunia fisik, tetapi juga cerminan iman di dunia digital.

4. Dakwah Positif di Media Sosial

Media sosial merupakan sarana strategis untuk menyebarkan nilai-nilai Islam secara positif. Dalam genggaman tangan, seorang Muslim bisa berdakwah melalui konten yang menginspirasi, mengedukasi, dan menyejukkan hati.

Dakwah di era digital tidak harus berupa ceramah panjang, namun bisa melalui kutipan Al-Qur’an, hadis, atau pengalaman spiritual yang menggugah.

Yang terpenting adalah niat dan konsistensi untuk menebarkan kebaikan, menjauhi perdebatan yang tidak bermanfaat, serta tidak terjebak dalam konten viral yang melanggar etika. Dengan begitu, kehadiran Muslim di dunia maya bukan hanya aktif, tapi juga membawa manfaat dan keberkahan bagi sesama

Di era digital yang serba cepat ini, kecanggihan media sosial tak seharusnya menghapus batasan moral yang diajarkan dalam Islam. Justru, platform-platform tersebut dapat menjadi ladang amal yang luas jika digunakan dengan niat yang benar dan sikap yang bertanggung jawab.

Islam tidak menolak teknologi, tetapi hadir untuk membingkai penggunaannya dengan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kesantunan, dan tanggung jawab sosial.

Setiap unggahan, komentar, hingga informasi yang dibagikan bukan hanya cerminan diri, tetapi juga bagian dari amanah dakwah yang harus dijaga. Maka, mari jadikan setiap klik sebagai jalan menuju keberkahan, bukan sekadar eksistensi, tetapi kontribusi nyata untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

 

Penulis = Alfaris Rachmani Rafiansyah

Loading