Tim Kreatif : Ust. Muhammad Bushairi Dewan Asatidz Pondok Pesantren Al Muhajirin Pemangkih Seberang
Penulis / Editor: Ahmad Zaki Anshari. (Awardee PBSB 2023 asal Pondok Pesantren Al Muhajirin Pemangkih Seberang)
Anak-anakku yang saya cintai dan muliakan,
Hidup di pesantren bukanlah perjalanan yang mudah. Tidak semua orang mampu bertahan melewati tahun-tahun panjang di balik dinding-dinding asrama, dalam disiplin waktu yang ketat, dalam keseharian yang penuh dengan ujian kesabaran. Namun, justru di situlah letak kemuliaannya.
Saya teringat betul enam tahun yang lalu, ketika kalian pertama kali melangkahkan kaki ke gerbang pesantren. Ada air mata perpisahan dengan orang tua. Ada keraguan, ada rasa takut akan kesendirian. Ada juga rasa canggung, bahkan gentar, saat membayangkan hidup di dunia baru yang jauh dari kenyamanan rumah. Tetapi hari ini, kalian mampu membuktikan sesuatu yang luar biasa: bahwa kalian sanggup bertahan, meniti setiap tangga ujian, hingga sampai pada titik akhir perjalanan ini.
Jejak Pengorbanan Santri
Saya tahu, anak-anakku, betapa berat perjuangan itu. Ada santri yang dulu saya lihat menangis di pojok masjid, melawan rasa rindu yang begitu dalam kepada orang tuanya. Ada yang tersenyum di depan teman-temannya, padahal hatinya menjerit ingin dipeluk oleh ibu atau ayahnya. Ada juga yang tertatih-tatih memahami pelajaran, menghafal ayat demi ayat, atau menahan kantuk demi menyelesaikan murojaah.
Namun, dari setiap tetes air mata itulah lahir kekuatan. Dari setiap luka batin itu tumbuh kesabaran. Dari setiap keterbatasan lahirlah tekad. Dan hari ini, kalian semua berdiri sebagai saksi nyata bahwa kesabaran selalu berbuah kemenangan.
Sanad Keilmuan: Tali Emas yang Menyambung ke Rasulullah ﷺ
Pesantren bukan sekadar tempat belajar kitab kuning, bukan sekadar ruang untuk menghafal dan mengulang. Pesantren adalah mata rantai keilmuan. Kalian belajar dari para guru, guru kalian belajar dari para kiai, para kiai belajar dari ulama terdahulu, dan begitu seterusnya hingga sampai kepada Rasulullah ﷺ.
Setiap kali kalian berjabat tangan dengan guru, sejatinya tangan itu tersambung dalam barisan panjang ulama salaf, hingga menyentuh tangan Sayyidina Umar bin Khattab, hingga sampai kepada Rasulullah ﷺ. Maka jangan pernah meremehkan satu ayat yang kalian hafalkan, satu doa yang kalian lafalkan, atau satu pelajaran yang kalian terima dari kiai. Semua itu adalah bagian dari sanad emas yang akan menjadi wasilah keselamatan di dunia dan akhirat.
Birrul Walidain: Jalan Terindah Menuju Ridha Allah
Anak-anakku, ilmu setinggi apapun tidak akan bernilai tanpa birrul walidain. Tidak ada wasilah yang lebih ampuh, tidak ada doa yang lebih tajam, tidak ada amal yang lebih mendekatkan kepada Allah selain doa dan ridha kedua orang tua. Jika orang tuamu tersenyum melihatmu, maka senyum itu lebih berharga daripada segala ijazah akademis. Jika orang tuamu bahagia dengan keberadaanmu, maka kebahagiaan itu lebih tinggi nilainya daripada segala harta dunia.
Oleh karena itu, kelak setelah kalian meninggalkan Pondok Pesantren Al Muhajirin Pemangkih Seberang ini, jangan pernah lupa satu hal: hidupmu harus selalu menghadirkan kebahagiaan untuk orang tuamu.
Santri Sebagai Cahaya Umat
Anak-anakku, dunia hari ini membutuhkan santri. Negeri ini membutuhkan generasi pesantren. Bukan hanya untuk menjadi akademisi, guru, dosen, atau pejabat, tapi untuk menjadi pribadi yang membawa cahaya. Santri harus hadir dengan akhlak, bukan hanya dengan ilmu. Santri harus membawa kedamaian, bukan hanya kepandaian.
Kelak ketika orang melihatmu, mereka harus berkata: “Subhanallah, siapa yang mendidik anak ini? Siapa orang tuanya? Siapa gurunya?” Itulah cita-cita yang paling mulia: menjadikan setiap orang yang melihatmu teringat kepada Allah, bersyukur kepada orang tuamu, dan mendoakan guru-gurumu.
Pesan Perpisahan: Jadilah Bendera di Puncak Menara Ilmu
Kalian adalah bendera yang dikibarkan oleh pesantren ini. Guru-guru kalian ibarat pengibar bendera yang dengan penuh hati-hati menaikkannya. Dan kelak, ketika kalian berada di puncak, para guru tidak akan segan-segan memberikan hormat kepada kalian.
Maka jangan pernah mengecewakan doa-doa yang sudah dipanjatkan untukmu. Jangan pernah mengkhianati tetesan air mata ibu dan jerih payah ayah. Jangan pernah mengotori nama baik pesantren yang telah membesarkanmu.
Harapan untuk Santri Pondok Pesantren Al Muhajirin Pemangkih Seberang
Khusus untuk kalian, santri Pondok Pesantren Al Muhajirin Pemangkih Seberang, ketahuilah bahwa kalian adalah bagian dari mata rantai panjang perjuangan ulama di tanah Kalimantan. Pesantren ini lahir dari doa para pendiri, dari keringat para guru, dari pengorbanan para orang tua. Kalian adalah penerus risalah itu.
Kelak, dunia akan berubah, zaman akan berputar. Tetapi selama kalian tetap teguh pada prinsip ilmu, akhlak, dan pengabdian, maka kalian akan menjadi generasi yang mampu memberi cahaya bagi umat, bangsa, dan agama.
Anak-anakku,
Perjalanan kita di pesantren mungkin berakhir di sini, tetapi doa, cinta, dan harapan tidak akan pernah berhenti. Jadilah pribadi yang selalu berjalan dengan ilmu, bernapas dengan akhlak, dan bersujud dengan penuh penghambaan kepada Allah.
Selamat melangkah ke jalan yang lebih panjang. Selamat menjemput masa depan dengan iman, ilmu, dan amal.
Mudah-mudahan kalian semua kelak menjadi generasi Qurrota A’yun bagi orang tua, kebanggaan bagi pesantren, penerus perjuangan para ulama, dan hamba Allah yang diridai dunia dan akhirat.
Copywriter: Tim Media Multimedia Pesantren X CSSMoRA UIN Walisongo© 2025 Pondok Pesantren Al Muhajirin Pemangkih Seberang