Karya: Muhammad Wafiyuddin (Peserta Lomba Cerpen DN 14 CSSMoRA UIN Walisongo)
Seperti halnya seorang siswa SMA yang masih ingin menikmati masa muda dengan hal yang ia suka dan melakukan segala hal karena kehendaknya sendiri untuk mencapai apa yang diinginkan. Tapi tidak demikian untuk Bayu. Dia adalah seseorang yang baik dan penurut dengan orang tuanya dan dia memiliki prestasi yang sangat banyak di bidang matematika di sekolahnya. Akan tetapi, jiwanya tidak pernah terbebas, bakatnya tidak pernah dikeluarkan, dan dia sangat tidak menikmati hidupnya.
Setiap malam ia tidak pernah bisa tertidur nyeyak karena ia tidur lebih dari jam 12 karena harus belajar bersama orang tuanya. Orang tuanya ingin ia menjadi orang yang sukses di masa depan dengan cara mendidik Bayu dengan sebaik-baiknya.
Ayah: “Hari ini kamu sudah bisa mengerjakan soal ini jadi kamu istirahat dulu ya. Jaga kesehatan karena minggu depan kamu ada lomba lcc di Semarang. Ayah tinggal dulu”.
Bayu : “Iya ayah”.
Ayahnya keluar kamar meninggalkan Bayu yang sedang merapikan meja belajarnya. Terlihat jelas wajah lelah dari Bayu saat itu. Dia tidak terbiasa mengeluh dan berbicara hal yang negative karena ia tahu kalau itu akan membuatnya menjadi lebih buruk. Meletakkan tubuhnya di atas kasur merupakan hal yang sangat melegakan baginya walaupun kasurnya sedikit keras dan banyak bagian yang sobek belum dijahit.
Malam itu sangat dingin sampai terasa di tulang dan sendi Bayu. Menambah selimutnya dengan sarung berlapis dua sudahlah cukup untuk menjaga tubuhnya dari kedinginan malam itu. Suhu dingin tersebut membutuhkan banyak energi untuk memanaskan tubuh sehingga Bayu merasa kelaparan saat itu tetapi dia hanya bisa menahan perih perutnya karena makanan malam itu sudah habis. Hanya sabar yang bisa ia lakukan.
Tepat pukul 4 pagi ia terbangun untuk melakukan salat ke masjid. Tubuhnya sedikit tidak sehat karena terus bergadang akhir-akhir ini dan ditambah rasa lapar yang terus menyakiti perutnya. Lambungnya seolah berkata “Beri aku sebuah makanan walaupun hanya sebiji nasi. Itupun tidak apa-apa”. Akan tetapi, sebagai anak laki-laki dan kakak tertua dari 3 bersaudara ia harus kuat dan ia adalah harapan keluarga saat ini. Semua perjuangannya ini adalah untuk keluarganya dan masa depan adik-adiknya walaupun ia merasa kecewa karena ia tidak bisa melakukan hobinya tetapi malah melakukan hal yang tidak terlalu disukai.
Azan berkumandang dengan indah dan dilanjutnya salat subuh dengan penuh kekhusyukan. Jamaah berjejer lurus dan rapi, jamaah laki-laki dewasa berada di depan dan laki-laki lebih muda berada di belakang. Salat wajib telah dilaksanakan dan dilanjutkan dengan tadarus Al-qur’an. Matahari telah terbit dan para jamaah meninggalkan masjid untuk melanjutkan aktifitas rutinnya begitupula dengan Bayu. Ia berjalan pulang bersama Ilham karena jalan rumahnya yang berdekatan. Perbincangan hangat hangat antara keduanya berakhir di pertigaan jalan rumah masing-masing.
Ilham : “Sepertinya kita harus berpisah disini. Jaga kesehatan ya Bayu. Apapun pilihanmu dan seberapa rasa sakit serta pengorbananmu saat ini kamu harus niatkan karena Allah. Jika kamu sudah lelah jangan terlalu memaksakan diri karena tubuh juga memiliki hak sendiri dan kewajiban kita adalah memberikan hak tersebut”.
Bayu : “Terimakasih ham”.
Ilham : “Aku pergi dulu ya, karena nanti aku harus kembali lagi ke pondok karena ada kegiatan malam ini. Assalamulaikum wr. wb”.
Bayu : “Waalaikumsalam wr. wb”.
Pukul 06.30 Bayu sudah sampai di sekolah yang masih sangat sepi dan hanya ada satpam dan tukang kebun yang sedang membersihkan taman sekolah. Bayu langsung masuk kelas. Tas ia letakkan dan kemudia membersihkan papan tulis. Entah karena lelah ia langsung duduk dikursinya dan tidur di atas mejanya.
Bayu : “Ayah… ampun ayah… aku akan belajar dengan sungguh-sungguh. Aku tidak akan banyak main lagi”.
Ayah : “Kamu tahu kondisi keluarga kita? Kita tidak punya apa-apa. Kita hanya punya kamu, Bayu. Nilai kamu menurun semester ini dan sekarang kamu sedang asik main dengan teman-temanmu. Sekarang pulang atau ayah pukul lagi kamu!!”.
Bayu : “Iya ayah, aku akan pulang. Ampun ayah… Ampun… Ampun…”.
“Bayu bangun. Sudah ada guru yang datang!!”. Teman Bayu yang duduk disampingnya membangunkannya karena waktu jam belajar akan mulai dan guru juga sudah datang. Dengan cepat Bayu bangun dan membuka matanya dengan sangat lebar. Akan tetapi, karena bangun dengan cepat dan kondisi tubuh yang kurang sehat ia merasa sangat pusing. Selang beberapa menit ia tak sadarkan diri di pundak temannya.
Intan : “Bay, bangun sudah ada guru. Bay… Bayu!!! Jangan bercanda”.
Reno : “Sebentar Intan aku lihat dulu.” Setelah beberapa saat “Bayu tidak sadarkan diri, tubuhnya sangat dingin, dan napasnya juga tidak teratur. Teman-teman tolong bantu bawa Bayu ke UKS!!!”.
Guru : “Ayo yang lain bantu Bayu ke UKS sekarang dan yang tidak ikut mengantar bisa belajar mandiri dahulu ya”.
Teman sekelasnya khawatir akan keadaan Bayu sampai lupa tetntang perintah untuk belajar mandiri di kelas. Mereka cemas akan kesehatannya. Di sisi lain, teman-teman yang mengantar ke UKS merasa sangat takut dan cemas karena kejadian ini adalah yang pertama kali bagi mereka. Guru yang mengajar saat itu juga bingung karena semakin lama napas Bayu semakin tidak menentu. Akhirnya dia menghubungi puskesmas terdekat agar datang ke sekolah secepat mungkin.
Ketika menunggu ambulan datang, mereka semua selalu berdoa agar Bayu tidak mengalami hal yang buruk. 20 menit kemudian ambulan datang bersama dengan tenaga medis. Mereka langsung memeriksa Bayu dan menyarankan untuk segera dibawa ke rumah sakit. Bayu dibawa ke rumah sakit dengan didampingi gurunya tersebut. Tidak pernah putus doa kepada Bayu waktu itu bahkan sampai di puskesmas. Perlakuan yang cepat yang dilakukan dokter ketika Bayu sampai membuatnya menjadi lebih baik walaupun harus menjalani pemeriksaan dan penanganan yang cukup lama. Akhirnya Bayu terselamatkan dan napasnya mulai teratur walaupun dia akan tidak sadarkan diri selama beberapa hari ini. Ini adalah kabar bagus tetapi guru masih sangat khawatir karena keadaan muridnya itu sampai ia tidak sadarkan diri selama beberapa hari ke depan.
Dokter: “Bu guru, bisa ikut saya sebentar saya ingin bahas tentang keadaan Bayu”.
Guru : “Baik dok”.
Dalam ruangan yang rapi tersebut dokter ini melepaskan lelah dan penatnya serta melakukan konsultasi dengan pasiennya. Dokter tidak hanya belajar mengenai penyakit dan cara menyembuhkannya tetapi seorang dokter juga belajar mengenai psikologi sehingga mengetahui kondisi Bayu dalam psikologis.
Dokter: “Sebelumnya sebagai dokter saya ucapkan terimakasih telah membawa murid ibu ke rumah sakit sesegera munkin. Mungkin jika tidak dilakukan penanganan cepat mungkin dampak yang diterima akan semakin besar”.
Guru : “Apakah ada masalah yang sangat besar dok?”
Dokter: “Mungkin bukan sebuah masalah besar karena ini merupakan kejadian yang sering dialami sebagian orang tetapi jika hal ini terus terjadi kemungkinan akan berdampak buruk bagi dirinya. Sebelumnya apakah ada masalah yang sedang dialami oleh Bayu atau kegiatan yang sedang dilakukannya saat ini?”.
Guru : “Ada, dia akan mengikuti lomba LCC tingkat provinsi di Semarang minggu ini. Mungkin dia sangat kelelahan belajar untuk mempersiapkan lomba ini bahkan dalam kegiatan belajar di kelas dia juga selalu serius. Menurut berita yang saya dapat dari teman-temannya Bayu selalu bekerja keras sampai larut malam setiap harinya karena desakan orang tuanya.
Dokter: “Ada beban mental yang besar dalam diri Bayu sehingga berpengaruh terhadap kerja fungsi otak yang terganggu. Secara psikologis akan berdampak pada kesehatan seperti yang ibu tahu pada Bayu sekarang tetapi jika beban ini bertambah besar dan terus menerus membebani pikirannya bukan tidak mungkin masalah kejiwaan akan muncul”.
Guru : “Jadi dok?”.
Dokter: “Cobalah untuk tidak berbicara tentang sesuatu hal yang membuat ia berfikir lebih keras dan cobalah untuk membuat dia lebih ceria. Mungkin mengajak liburan atau melakukan hobinya atau sebagainya yang bisa menumbuhkan semangatnya lagi dan yang paling penting saya ingin pihak sekolah berkomunikasi kepada keluarga mengenai masalah ini karena ini demi kebaikan Bayu!”.
Guru : “Baik dok”.
Nasehat dokter adalah sebuah kenyataan dan itu benar adanya. Ibu guru merasa bahwa harus ada perubahan. Keluar dari ruang yang telah membuat hati dan pikirannya terbuka, ia berjalan menuju ruangan Bayu. Hanya sampai di depan pintu saja dan melihatnya dari kejauhan. Dalam hatinya “Sangat besar perjuangan dan rasa sakitmu, Bayu”. Ia pergi dari puskesmas menuju ke sekolah. Ia mengabari ke teman-teman kelas bahwa Bayu sudah lebih baik sekarang. Wajah bahagia terpancar jelas di semua murid itu setelah mendengarnya.
Di kursinya ia mengambil napas panjang dan menjernihkan otaknya karena seharian menjalani berbagai masalah. Ia mengambil telepon untuk menghibungi orang tua Bayu agar datang ke BK membahas tentang masalah yang dialami putra mereka. Bu guru sadar bahwa saat ini bukan waktu yang tepat tetapi jika menunggu Bayu pulang ditakutkan akan terjadi hal yang buruk pada Bayu selanjutnya. Mengakhiri telpon tersebut dan menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Tangannya memijat tangan yang lain dan anggota badan yang kelelahan sampai ia tertidur di kursinya.
Beberapa hari telah berlalu, ayah Bayu datang ke sekolah dan langsung menuju ruang BK. Hanya ada guru BK. Dia menyuruh ayah bayu untuk duduk dan menunggu agar guru yang mengantar Bayu datang ke ruang BK. Guru tersebut akhirnya datang dan mengobrol hangat dengan ayahnya Bayu mengenai kegiatan belajarnya, prestasinya, dan cita-citanya sampai pada suatu pembicaraan mengenai masalah yang dialami Bayu.
“Saya mengerti bahwa setiap orang tua ingin melihat anaknya sukses di masa depan dan itu adalah pemikiran yang benar. Akan tetapi, tidak bisa memaksakan anak untuk melakukan hal secara berlebihan. Jika anak terlalu tertekan dan lelah menjalani semua akan berdampak pada proses belajar dan hasilnya pak. Terlebih lagi jika beban ini memengaruhi psikologisnya maka akan berdampak pada mental dan kesehatan yang terganggu pak. Saya sebagai guru dari anak bapak menyarankan agar memberikan waktu untuk Bayu agar bisa menuangkan hobinya, belajar boleh tetapi jangan terlalu lama, dan berikan waktu istirahat yang cukup agar tubuhnya bisa kuat lagi belajar di pagi harinya. Bayu adalah siswa yang cerdas dan pintar saya yakin dia bisa sukses di masa depan. Bapak juga ingin seperti itu, kan? Semua itu penting tetapi kesehatan juga sangat penting bagi Bayu pak”. Penjelasan dari bu guru agar lebih memperhatikan kesehatan anaknya.
Ayahnya hanya bisa terdiam dan mengiyakan nasehat bu guru. Ia juga sadar bahwa ia selama ini terlalu menekan dan membebani Bayu agar menjadi seorang yang ia dambakan tetapi ini semua salah. Ia merenung di perjalanan pulang dari sekolah dan berjanji akan mendidik anaknya dengan cara yang baik dan benar tanpa membuat anaknya sakit lagi.
Mulai saat itu kedua orang tua Bayu mulai memperhatikan kesehatan Bayu dan perkembangan belajarnya di sekolah. Mereka selalu memberikan hal yang bisa mereka kasih walaupun hanya kecil kepada anaknya. Akhirnya Bayu dapat kembali menemukan jati dirinya yang sudah lama terpendam di hati paling dalam dan menorehkan prestasi demi prestasi selama masa sekolahnya. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya dan pengalaman pahit atas kesalahan mereka menjadikannya pelajaran berharga untuk adik-adiknya Bayu agar menjadi orang lebih baik walaupun dengan keterbatasan.
Selang beberapa tahun, Bayu menciptakan lapangan pekerjaan dan menjadi pemimpinnya dan ditemani Ilham sebagai wakilnya. Walaupun masih sangat muda usahanya tetapi mereka memiliki tujuan. Adik-adiknya juga mengikuti kesuksesan kakaknya di sekolahan sampai mereka lulus dan melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Keberhasilan anak adalah keberhasilan orang tua dalam medidiknya. Tidak peduli seberapa miskinnya orang tua dia akan selalu kaya untuk masa depan anaknya walaupun terkadang tindakan mereka kurang tepat bagi anak mereka.
Komentar