Oleh: Fadly Rahmadi (CSSMoRA UIN Walisongo 2018)
Lelah letih sudah langkah kaki
Lemah lunglai ayunan tangan ini
Berjalan tak sampai, berayun tak henti
Tapi yang di cari seolah riap di telan bumi
Ditemani mentari timur di awal pagi
Ku duduk sendiri di pelabuhan purnama ini
Hempaskan lelah letihnya kedua kaki
Debu menempel di sekujur tubuh
Berbulir air mata dan butiran peluh
Perjalanan yang panjang dan sangat jauh
Cuitan burung-burung camar menggema
Membuatku iri tapi apa daya tak terkata
Sekiranya aku punya sayap seperti mereka
Mungkin sudah lama kusinggah di sana
Seperti mereka dan teman-teman lainnya
Dalam khayal aku pikirkan
Kita arungi bahtera kehidupan ini dengan senyuman
Kita bumbui pahit getir ini dengan madu manisan
Lama bentarnya kapal berlayar pada waktunya akan berlabuh juga di dermaga
Hmmm,
Kuhempaskan pandanganku ke seberang jauh
Ingin rasanya aku meneriakkan penungguanku
Akan tetapi lidah terasa ngilu
Dan ingin rasanya aku jerit raungkan kerinduanku
Namun mulutku diam membisu
Aku hanya bisa menunggumu di tepian dengan memandangi kapal-kapal yang simpang siur berlayar dan berlabuh
Berharap dikau muncul bersama kapal itu
Dan akan kutunggu, kutunggu sampai air laut tak lagi membiru
Oh pencarian yang berubah jadi kekecewaan
Masihkah dikau setia dalam cintamu?
Atau kah sudah pudar diterpa hembusan bayu?
![]()